October 3, 2024

Halo sobat ngulikenak! Sudah ngopi hari ini? Apakah teman-teman semua masih menambahkan pemanis atau ‘gula’ ke dalam kopi?
Kali ini kita membahas sedikit mengenai penambahan gula pada kopi. Sudah menjadi budaya yang marak dan ‘sangat-sangat’ lumrah, ketika membuat minuman entah itu kopi atau teh dengan menambahkan gula. Pro kontra antara penambahan pemanis satu ini masih saja ada. Berlindung dibelakang selera, penikmat minuman manis tentu saja memiliki keunggulan argumen yang akan sulit sekali disangkal.

Sebelum membicarakan lebih lanjut, penulis memang penggemar kopi, bagi saya pribadi, seduhan kopi menggunakan metode apapun akan maksimal nikmatnya apabila tanpa memberi pemanis tambahan. Bukan hal yang mutlak benar, hanya karena saya menyukai seduhan kopi tanpa pemanis tambahan. Sah-sah saja, apabila anda ingin menambahkan pemanis (buatan/alai) ke dalam seduhan kopi.

Merujuk pada pro dan kontra yang memperdebatkan selera tersebut, mari kita tarik benang yang keluar dari 2 sudut pandang tadi. Sederhananya kita lihat dari sisi yang berbeda.
Jika teman-teman mendengar specialty coffee dan fine robusta coffee, terbayang coffee shop keren, nyaman, metode seduh yang ‘estetik’. Contoh nyata dari proses yang begitu panjang, memuat serangkaian variabel serta proses yang begitu dinamis. Terciptanya specialty coffee dan fine robusta coffee membutuhkan dedikasi tinggi, karena membutuhkan kesabaran luar biasa, proses yang memakan waktu bahkan bertahun-tahun dalam rangkaian prosesnya.

Demi memaksimalkan cita rasa dari biji kopi, yang memuat kompleksitas termasuk varietas kopi, ketinggian, kualitas tanah, pupuk, sampai proses dari buah sampai menjadi biji kopi pilihan. Semua itu membutuhkan curahan segenap sumber daya manusia yang tidak sedikit. Berangkat dari situ, biji kopi dengan kualitas ‘super’ ini kemudian didistribusikan, hingga bisa berada di cangkir-cangkir coffee cuppers guna dievaluasi, yang kemudian berbuah ‘skor’. Akan dengan sangat layak, suatu biji kopi menyandang specialty coffee dan fine robusta coffee, mengingat dari prosesnya. Terlebih lagi, apabila skor yang didapat belum mencapai kriteria tertentu, besar kemungkinan harus mengulangi lagi prosesnya dari awal.

Penulis memutuskan untuk tidak menambahkan gula tidak hanya berdasarkan cerita di atas. Saya mengetahui specialty coffee dan fine robusta coffee juga setelah mencicipinya secara langsung. Pengalaman menikmati seduhan kopi yang memiliki ‘spesifikasi’, benar-benar memberikan pengalaman baru, dan menarik saya untuk terus menulusur industri ini.
Oleh sebab itu, pertanyaan ‘kopi dengan atau tanpa gula’ tidak menjadi pertanyaan sederhana bagi saya. Karena saya tidak sengaja mencicipi kopi dengan rasa-rasa buah, aroma bunga, aftertaste madu. Iya, se-kompleks itu specialty coffee dan fine robusta coffee pertama saya. Lalu, bagaimana dengan kopi non specialty coffee dan fine robusta coffee? Apakah akan memberikan pengalaman yang sama? Terkadang iya, terkadang tidak. Karena peredaran ‘kopi gosong’ dengan cita rasa intens, body tebal, pahit yang kuat, masih mendominasi, tentu menjadi budaya ngopi yang mendominasi bukan? Oh ya, specialty coffee dan fine robusta coffee memiliki peredaran yang terbatas tergantung produsen.

Baik, dari dua sudut pandang itulah, mengapa pertanyaan ‘kopi dengan atau tanpa gula’ menjadi tidak sederhana dan mudah dijawab. Semakin banyak tahu, semakin bingung, atau semakin bijak dalam mengambil keputusan? Selera…

Bicara soal selera, sekali lagi, tidak dapat serta merta disalah artikan sebagai bentuk minat yang mutlak. Toh kopi pertama saya juga kopi gosong yang memang nikmat apabila diseduh dengan penambahan pemanis/gula. Saya mengakui kalau kopi dengan ciri dan cita rasa tersebut akan nikmat apabila ditambahkan pemanis/gula.

Justru, setelah mencicipi specialty coffee dan fine robusta coffee, justru saya semakin penasaran dengan cita rasa dan kekayaan rasa yang ditawarkan kopi-kopi tersebut. Saya yakin 10 miliyar persen kalau masih  banyak sekali specialty coffee dan fine robusta coffee masih belum bisa saya jamah. Mengingat kompleksitas cita rasa kopi yang maksimal, serta detail rasa yang mencakup semua kompleksitasnya, kebiasaan cupping kopi menjadi kegiatan menyenangkan. Jelas-jelas cupping adalah menyeduh kopi guna mengevaluasi cita rasa kopi, tentu saja TANPA PENAMBAHAN PEMANIS/GULA.

Penulis bukanlah penikmat kopi yang rumit. Murni membagikan sudut pandang mengenai seduhan satu ini. Merujuk dari berbagai sumber, menyatakan ambang batas yang dianjurkan dalam menambahkan gula adalah 24-36 gr per/hari. Tidak banyak, lebih baik tidak menambahkannya sama sekali, karena sumber kalori yang bisa saya peroleh bisa didapat dengan mudah dan menyenangkan selain dengan gula.
Menikmati kopi dengan tenang dan nyaman, akan sempurna jika lidah kita benar-benar menyukai cita rasanya. Oleh sebab itu, selamat ngopi! Sesekali cobalah specialty coffee dan fine robusta coffee bagi yang belum pernah, karena specialty coffee dan fine robusta coffee BUKAN HANYA UNTUK PENIKMAT KOPI DALAM SEGMEN TERTENTU. Bagi yang tinggal di Kota Semarang, bisa mampir ke Warung Kopi Mayar yang menyediakan specialty coffee dan fine robusta coffee, dengan harga yang ramah di kantong. Warung milik teman ini memang membuat saya tidak habis pikir, karena menyediakan specialty coffee dan fine robusta coffee, tidak mengira kalau warung sederhana ini memiliki tawaran menarik bagi penikmat dan pecinta kopi di Kota Semarang. Selamat ngulik-ngopi!

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *