Site icon NGULIK ENAK

Doremidi

buku

Terima kasih kepadamu, kalian, yang dengan sukarela membacakan buku-buku. Tak terhitung eksemplar yang dicetak ulang melintasi zaman umat manusia, di atas muka bumi ini. Satu dua paragraf dari potongan kue yang menjulang menggelitik semesta. Mataku tidak sadar mengikuti arah menjulangnya lembaran catatan sejarah, kepedihan, petaka, dan pesta umat manusia menuju langit, atas nama Tuhan dan puja-puji mereka-kami umat manusia. 

Manusia, yang aku adalah satu diantaranya, masih menatap muram cahaya gawai di sudut ranjang yang gelap. Masih mengingat-ingat apa saja yang masuk ke mulut. Bersamaan, aku menghitung judul-judul buku acak, dari nama yang membahana. Buku-buku dan tulisan mereka yang kau, dan kalian bacakan lewat jejaring teknologi canggih ini, terima kasih. Perasaan yang agaknya pahit karena bagian yang aku baca, tidak kurangnya merupakan remahan dari potongan kue besar itu. 

Bagaimana lagi? Ceceran rupiah sudah mengantri untuk lewat, sesaat mereka berhenti dan dengan sabar membisik, “nama-nama mereka abadi, ide mereka mendoping peradaban yang mungkin sudah sekarat.” Kurang keji apalagi kalau aku membajak buku mereka, merampas ceceran mata uang yang bahkan tidak aku kenal, demi membelanjakan keperluan mereka yang sebenarnya bukan urusanku. Tapi… Persetan juga!

Meringis melihat barisan nol dan angka lain, “buku ini berharga,” pikirku. Dengan setengah antusias, berharap mendapat remah-remah lain yang tercecer. Setengahnya lagi mengais, supaya kau, dan kalian lebih banyak mengutip, mengambil potongan dari buku-buku lain. Supaya aku bisa turut membaca tanpa melanggar norma. 

Bukan tanpa alasan. Berkatmu, dan kalian,  yang sukarela membacakanku buku-buku itu, yang bahkan lebih tinggi dari menara babel, aku jadi bisa sedikit puitis. Dengan girang, aku bisa menghias puisi-puisi, yang pada awalnya tidak lebih dari gumpalan mimpi tanpa irama.

Exit mobile version