Sungguh, yang bapak ajarkan itu, bukan perkara sederhana. Bapak bilang mencintai itu tak perlu berlebihan, tak perlu gegap gempita. Bapak bilang cinta adalah kayu yang rela menjadi abu, awan yang rela hilang demi menjadikan hujan. Tapi, tentunya bapak juga tahu. Untuk menjadi kayu yang rela terbakar, butuh keberanian yang tak main-main. Untuk menjadi awan yang luruh tanpa pamrih, ada luka yang harus ditelan tanpa pernah selesai.
Aku mencoba, sungguh. Aku menjaga api itu, mengorbankan sedikit demi sedikit diriku agar baranya tetap hidup. Namun, api itu, entah bagaimana, memilih berdansa dengan angin yang senantiasa menggodanya. Dan aku, kayu yang bapak ajarkan untuk diam, hanya bisa melihat sambil membiarkan diriku terbakar perlahan.
Lalu ada awan, yang bapak bilang sederhana. Aku mencoba, seperti awan yang rela menjadikan dirinya tiada, agar hujan dapat kembali menari bersama bumi. Tapi, dalam tarian itu, sering kali yang ada hanya kesunyian. Hujan tak pernah berkata terima kasih. Bumi tak pernah benar-benar tahu dari mana datangnya hujan. Dan aku, awan yang bapak minta untuk mengikhlaskan, hanya bisa melayang tanpa bentuk, menunggu waktu untuk lenyap.
Sungguh, Pak Sapardi, mencintai dengan sederhana itu adalah seni yang tak pernah selesai kupahami. Aku belajar untuk sabar, untuk melepas, untuk merelakan. Tapi, di antara semua itu, ada pertanyaan yang terus menggema. “Apakah sederhana itu berarti mengorbankan dirimu tanpa tanya? Apakah sederhana itu artinya menelan pil pahit tanpa pernah berbicara?“
Jika masih ada kesempatan, izinkan aku berguru padamu, Pak Sapardi. Mengenai bagaimana menjadi sabar sebelum aku mengerti apa sebenarnya arti dari sederhana. Karena saat ini, yang aku tahu, mencintai adalah merelakan potongan diriku hilang sedikit demi sedikit. Dan aku takut, aku akan habis sebelum benar-benar paham apa itu arti sederhana yang kau ajarkan.
Kepada Pak Sapardi. Jika saya boleh meminta, aku ingin menjadi api itu sendiri barang sekali saja. Aku ingin tahu, seperti apa rasanya menjadi yang dicintai tanpa syarat. Seperti apa rasanya menjadi yang dipeluk tanpa perlu meminta. Sekali saja, aku ingin tahu, sebelum aku kembali mencoba mencintai dengan sederhana.
Leave a Reply