October 3, 2024

Halo sobat ngulikenak! Sudah lama sekali tidak menikmati seduhan kopi cold brew ini. Padahal menurut saya, ini adalah salah satu metode seduh yang paling sederhana. Pembedanya adalah waktu ekstraksi kopi yang memang membutuhkan waktu paling tidak 8 jam.

Versi Robusta
Kami mendapat kesempatan untuk menjajal Robusta Honey dengan profile dark roast, dan Arabika Natural medium roast. Saya sendiri ragu ketika robusta dengan profil dark roast diseduh menggunakan metode ini, tapi sepertinya menarik.

Langsung saja, setelah menunggu kurang lebih 8 jam, dan akhirnya robusta honey dengan profil dark roast siap untuk dicicipi. Sweetness nyaris tidak terasa, bitter sangatlah tinggi tentu saja, body cenderung rendah, tasting note: nutty, ada rasa kelapa yang tipis, dark chocolate-hint.
Takaran yang saya gunakan adalah 1 gram kopi untuk 20 ml air. Saya melakukan penyaringan menggunakan dripper V60 beserta kertas penyaring yang sudah dibilas menggunakan air panas sebelum digunakan.

Bagaimana kalau kertasnya tidak dibilas terlebih dahulu, apakah bisa langsung digunakan? Bisa-bisa saja, tapi bagi kami pribadi, akan lebih maksimal kalau kertasnya dibilas terlebih dahulu sebelum digunakan. Penyaringnya tidak harus seperti yang kami gunakan. Teman-teman bisa menggunakan saringan lain yang tersedia, yang penting ampas kopinya tidak ikut ke gelas saji saja.

Versi Arabika

Dihari yang sama, kami melanjutkan untuk membuat cold brew dari Arabika natural process dari Gunung Sindoro. Dengan takaran yang masih sama 1:20. Pembuatannya juga sangatlah sederhana. Berikut alat bahan yang kami gunakan. Kopi, air, toples penyimpan, penggiling kopi/grinder.

Giling kopi dengan ukuran kasar. Sebenarnya tingkat gilingan bisa disesuaikan dengan selera kita, misal untuk menambah body, bitter, atau rasa yang lebih intens, bisa memperhalus gilingannya. Akan tetapi untuk mengeluarkan rasa-rasa “segar” yang menjadi ciri khas dari arabika. Kopi bisa digiling agak kasar.

Masukkan kopi ke dalam toples penyimpanan yang kemudian ditambahkan air sesuai dengan takaran atau perbandingan yang diinginkan. Kami menggunakan takaran 1:20, karena mengharapkan rasa yang ringan, acidity yang segar, body yang tidak terlalu tebal.

Tuangkan air, dan aduk sampai rata. Tutup rapat-rapat toples, teko atau tempat penyimpanan. Karena ingin kopi yang siap diminum ketika proses ekstraksi selesai, kami menyimpan kopi selama proses ekstraksi di dalam lemari pendingin.

Misalkan kita membuat cold brew pada pagi hari jam 8. Sekitar jam 4 sore, kopi sudah siap kita nikmati. Kopi yang kami seduh pada siang hari ini bisa dinikmati sore hari ketika warung sudah buka. Kami berkesempatan menyeduh di Warung Kopi Mayar, yang menyediakan semua alat dan bahannya. Syukurlah, sore harinya bisa kami icip dengan senang hati.

Sudah 8 jam lewat, kopi siap untuk disajikan. Kami menggunakan saringan dari teko teh, lebih ringkas dan bisa digunakan berulang kali. Memang hasilnya masih menyisakan ampas kopi halus, tapi tidak jadi soal.
Cold brew dari kopi arabika natural process Gunung Sindoro, sudah siap menemani sore yang lembab di Kota Semarang. Kami benar-benar puas dengan seduhan satu ini, sweetness yang tinggi, bright acidity yang menyegarkan, bitter yang nyaris tidak terasa, body yang saya kira akan “tebal” karena ekstraksi lambat dan pajang, justru sebaliknya. Cita rasanya langsung membuat saya terbayang saat melewati perkebunan kopi yang sedang berbunga, coffee blossom. Aroma harum dan manis, rasa khas asam jawa juga melekat di langit-langit mulut, sampai after tastenya benar-benar melengkapi kesegaran sore ini. Melebihi apa yang terbayangkan sebelumnya, malah disuguhi kejutan.
 
KESIMPULAN
Setelah melewati ⅓ hari, dan kopi cold brew siap. Saya jadi semakin yakin, untuk menyeduh kopi yang nikmat dan sesuai selera, tidaklah membutuhkan peralatan banyak, mahal, atau teknik sulit. Memang ada seduhan kopi yang menggunakan peralatan nan canggih, namun bagi penyeduh rumahan yang waktunya mungkin sudah habis untuk membanting tulang, membelah jalanan yang padat. Menggunakan metode seduh cold brew bisa menjadi referensi dan patut dicoba.
Beruntungnya kami menyeduh kopi di era modern ini. Mencari sumber daya kopi, peralatan, termasuk mesin pendingin (kulkas) dengan mudahnya didapat melalui jejaring internet. Memang tidak semua kopi dan profil sangrai cocok untuk diseduh dengan metode cold brew. Kembali lagi, mengulik tidak ada batasannya! Eksplorasi sudah jelas tidak terbatas. Peralatan? Kami menggunakan toples bekas yang diperoleh dari pembelian manual grinder. Air? Kami menggunakan air minum kemasan yang biasa kami konsumsi, kopi? Bisa menggunakan kopi apa saja, apa saja. Kebutuhan akan selera, tidak dapat dipatok dengan pasti.
Cold brew pertama yang menggunakan robusta dark roast profile ternyata mantab! Dengan atau tanpa gula, bahkan penambahan krimer kental manis, susu segar/UHT, semuanya masuk! Hal ini menjadi bukti bagi saya pribadi, kalau metode seduh cold brew tidak semata menjadi alternatif, namun menjadi salah satu metode yang mampu memberikan pengalaman ngopi dengan cita rasa dan karakter unik, sama halnya dengan metode seduh lain yang mampu memunculkan karakter kopi secara spesifik. Selamat menyeduh, salam ngulik-ngopi!

About The Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *