Pernah nggak kamu asyik scrolling YouTube, lalu mendadak ketemu thumbnail orang ketawa sama potongan konten yang dia tonton. Ya! Belakangan ini banyak orang yang seperti tersedot buat menonton orang lain bereaksi terhadap sesuatu. Entah itu reaksi terhadap musik, trailer film, anime, atau bahkan konten viral TikTok, video reaksi punya daya tarik yang sulit dijelaskan.

Anehnya, meskipun kita tahu isi videonya sebenarnya hanyalah seseorang menonton konten lain, tetap saja kita betah nontonnya. Bahkan, tanpa sadar kita menghabiskan waktu berjam-jam berpindah dari satu video reaksi ke video lainnya.

Apa, sih, yang membuat orang bisa ketagihan menonton orang lain nonton? Mari kita coba bedah fenomena unik ini.

---

1. Menemukan Koneksi Emosional

Salah satu alasan utama video reaksi begitu populer adalah karena mereka menciptakan rasa koneksi emosional. Saat kita menonton reaksi seseorang terhadap sebuah lagu favorit atau adegan film yang menyentuh hati, kita merasa seperti ada yang “mengerti” perasaan kita.

Misalnya, saat seseorang menangis melihat adegan emosional di anime favoritmu, kamu mungkin berpikir, “Yes, bukan cuma aku yang merasa seperti ini!” Rasa validasi ini membuat pengalaman menonton menjadi lebih bermakna.

---

2. Rasa Penasaran yang Tak Terbendung

Reaksi adalah sesuatu yang spontan dan tak terduga. Kita sering kali penasaran dengan bagaimana orang lain akan merespons sesuatu yang kita anggap menarik. Apakah mereka akan tertawa, terkejut, atau mungkin malah bingung?

Rasa penasaran inilah yang membuat kita terus mencari konten seperti ini. Apa yang akan mereka katakan? Apakah mereka akan menyukai ini seperti aku? Itulah magnet dari video-video ini.

---

3. Sensasi “Menonton Bersama”

Video reaksi sering memberikan sensasi seperti menonton bersama teman, meskipun sebenarnya kita sendirian di kamar. Ketika seorang creator bereaksi terhadap sesuatu, kita merasa seperti sedang berbagi pengalaman dengan mereka.

Di masa pandemi terutama, ketika interaksi sosial menjadi terbatas, video reaksi bahkan menjadi pengganti yang nyaman untuk pengalaman menonton bersama yang hilang.

---

4. Hiburan yang Mudah Dicerna

Video reaksi seringkali ringan dan mudah dicerna. Kita tidak perlu berpikir keras atau memahami alur cerita yang rumit. Hanya duduk, menikmati reaksi, dan ikut merasakan keseruan.

Bahkan jika kita belum pernah melihat konten aslinya, reaksi dari pembuat video itu sendiri sering kali cukup untuk membuat kita terhibur. Ada tawa, ekspresi spontan, atau analisis lucu yang menambah dimensi baru pada konten tersebut.

---

5. Mendapat Perspektif Baru

Menonton video reaksi juga bisa memberikan kita sudut pandang baru terhadap konten yang sudah kita kenal. Misalnya, seseorang mungkin menangkap detail dalam sebuah film yang kita lewatkan, atau memberikan interpretasi yang berbeda terhadap sebuah lagu.

Hal ini membuat kita merasa seperti melihat konten tersebut dari sudut pandang yang lebih luas, menambah apresiasi kita terhadapnya.

---

6. Validasi dan Kepuasan Sosial

Melihat seseorang menikmati atau bereaksi terhadap sesuatu yang kita suka memberikan rasa validasi sosial. Kita merasa selera kita “diakui” dan diterima.

Misalnya, ketika creator favoritmu memberikan pujian tinggi terhadap lagu yang kamu cintai, ada rasa bangga tersendiri. “Yes, dia juga suka ini!” Hal ini memperkuat hubungan kita dengan konten tersebut.

---

Kesimpulan

Bagi beberapa orang, video reaksi di YouTube ternyata bukan sekadar hiburan. Itu adalah cerminan dari kebutuhan manusia untuk berbagi emosi, menemukan perspektif baru, dan merasa terhubung dengan orang lain. Bisa saja ini cara modern untuk berbagi momen bersama orang lain—meskipun hanya lewat layar.

Jadi, sah-sah saja kok kalau kamu suka nonton video reaksi. Karena memang ada keseruan tersendiri disana. Tapi, jangan sampai waktumu habis cuma buat nontonin orang nonton sampe berjam-jam, ya? Karena ternyata ada dampak negatifnya loh kalau kita terlalu sering nonton video reaksi. Hmm, apa kita bahas di artikel berikutnya, ya? Silahkan tulis tanggapan kamu di kolom komentar!

Penulis