Kadang, hal yang kelihatannya nggak nyambung justru punya banyak kesamaan kalau kita iseng ngulik. Contohnya? Band musik dan game MOBA. Satu mainan bunyi-bunyian, satu lagi adu mekanik dan strategi. Tapi kalau kita lihat lebih dalam, keduanya sama-sama soal peran, kerja sama tim, dan momen-momen krusial yang bisa bikin hasil akhir berubah total.
Bayangin gini: sebuah band yang tampil live. Semua elemen harus klop. Vokalis harus on point, drummer jaga tempo, gitaris dan bass saling isi. Nggak jauh beda dengan satu tim MOBA yang siap war: ada yang jadi damage dealer, ada yang buka map, ada yang jaga dari belakang.
Menariknya, masing-masing personel band bisa dicocokin satu per satu ke role-role dalam game MOBA. Dan bukan cuma cocok-cocokan iseng, tapi benar-benar ada pola yang bisa kita pelajari. Yuk, kita ulas bareng.
Vokalis = Carry / Midlaner
Vokalis adalah wajah dari band. Ketika tampil, dia yang paling disorot, jadi pusat perhatian, dan suara serta ekspresinya menentukan arah emosional dari tiap lagu. Dalam sebuah konser atau rekaman, vokalis biasanya jadi titik fokus yang menarik perhatian penonton. Keberhasilan band dalam menyampaikan pesan atau emosi lagu sering bergantung pada seberapa kuat karakter vokalis tersebut.
Ini sangat mirip dengan peran carry atau midlaner dalam game MOBA. Mereka adalah poros tim, punya potensi besar untuk menentukan arah permainan, dan biasanya jadi target utama lawan. Kalau vokalis drop performanya, atau kalau carry kalah laning—ritme permainan bisa langsung berubah. Tekanan besar di pundak mereka, tapi juga kesempatan besar untuk bersinar.
Drummer = Tank / Roamer
Drummer adalah penjaga ritme. Ia mungkin nggak selalu terlihat mencolok, tapi kehadirannya terasa dalam setiap detik lagu. Tanpa ketukan drum yang stabil, band akan kehilangan pondasi ritmisnya. Bahkan dalam momen-momen improvisasi, drummer tetap menjaga agar semua kembali ke jalur.
Dalam game MOBA, ini mirip dengan peran tank atau roamer. Mereka nggak selalu jadi bintang utama, tapi kontribusinya luar biasa penting. Tugas mereka menjaga rotasi permainan, mengawasi peta, menahan serangan, bahkan jadi pemicu war. Mereka juga menjaga ritme permainan dan membuat space untuk anggota tim lain bersinar—persis seperti drummer yang bikin musik tetap hidup.
Bassis = Support / Utility
Bassis sering kali dianggap pemain “sunyi”. Permainannya nggak mencolok, nggak banyak solo, tapi coba lepasin dia dari satu lagu—langsung kerasa ada yang kosong. Bass adalah jembatan antara ritme dan melodi. Ia menambah kedalaman, memberi tubuh pada lagu, dan bikin musik terasa bulat.
Hal ini mencerminkan peran support atau utility dalam MOBA. Mereka bantu sustain tim, pasang ward, bantu rotasi, dan bahkan kadang jadi pengubah arah permainan lewat timing yang tepat. Nggak banyak yang sadar mereka bekerja keras di balik layar, tapi ketika support bekerja optimal, semua role lain bisa tampil dengan maksimal.
Gitaris Rhythm = Offlaner / Fighter
Gitaris rhythm bukan spotlight hunter. Ia ada untuk memastikan groove tetap stabil dan mendukung vokal serta lead guitar. Perannya vital dalam menjaga struktur lagu, kadang jadi penyeimbang antara berbagai elemen suara dalam satu harmoni.
Mirip dengan offlaner atau fighter dalam MOBA, yang sering berada di sisi map dan menahan tekanan sendirian. Mereka nggak selalu terlibat dalam tiap pertarungan besar, tapi kehadirannya sangat menentukan. Mereka yang jaga objektif, zoning musuh, dan hadir di saat krusial untuk bantu tim ambil alih momen penting.
Gitaris Lead = Assassin / Mage
Gitaris lead biasanya jadi pemecah suasana. Begitu dia masuk dengan solo atau lick yang ikonik, suasana langsung naik. Ia muncul di momen-momen tertentu, memberi warna yang kuat, dan sering meninggalkan kesan mendalam hanya dalam beberapa detik.
Sama seperti assassin atau mage di MOBA. Mereka bukan kontributor DPS utama sepanjang waktu, tapi di saat yang tepat, damage burst mereka bisa mengakhiri pertarungan. Muncul cepat, menghabisi target penting, lalu menghilang. Momentum dan waktu adalah segalanya, persis seperti solo gitar yang datang di saat pas.
Sound Engineer = Coach / Analyst
Sound engineer memang nggak tampil di atas panggung. Tapi dialah yang memastikan semuanya terdengar enak. Ia menyeimbangkan suara, mengatur efek, menjaga agar performa tetap optimal meski kondisi panggung berubah-ubah. Perannya seperti juru masak diam-diam di balik layar.
Dalam konteks MOBA, ini persis seperti coach atau analyst. Mereka nggak ikut main langsung, tapi strategi mereka bisa menentukan jalannya permainan. Mulai dari draft, posisi, hingga cara rotasi. Tanpa mereka, tim bisa kehilangan arah. Mereka yang merancang kerangka agar semua role bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Melihat ini semua, kita jadi sadar bahwa kerja tim itu bukan cuma soal siapa yang paling mencolok. Justru harmoni hadir ketika semua peran dijalankan dengan kesadaran akan fungsinya masing-masing. Entah itu di panggung maupun di medan perang, kemenangan selalu berawal dari pemahaman terhadap peran.
Dan mungkin, di tengah obrolan santai sambil ngopi atau setelah match yang bikin emosi naik turun, kita bisa belajar sesuatu dari paralel ini. Bahwa di balik suara merdu atau pentungan skill, ada orang-orang yang diam-diam memastikan semuanya tetap berjalan.
Itulah seni. Itulah game. Itulah hidup juga, kadang-kadang.

Karakter sederhana yang menyukai kompleksitas. Punya ketertarikan yang sedikit tidak wajar dengan hal yang berbau kontradiksi. Juga salah satu saksi dibalik lahirnya Ngulik Enak.
Leave a Reply