Sejak tren kopi menjamur dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang yang tertarik untuk membuat kopinya sendiri di rumah. Banyak orang mulai mencari metode seduh yang mereka bisa pelajari, yang salah satunya disebut manual brew. Sebuah teknik menyeduh kopi yang tidak memerlukan mesin espresso mahal, melainkan hanya alat sederhana dengan sedikit keterampilan. Solusi praktis dan ekonomis bagi para pecinta kopi yang ingin bereksperimen di dapur mereka sendiri.
Nah, disinilah ada satu fenomena unik yang muncul: dari sekian banyak metode manual brew yang tersedia, V60 sering kali menjadi pilihan favorit pertama bagi para pemula. Padahal, jika ditelaah, V60 bukanlah metode yang paling mudah. Prosesnya membutuhkan teknik tertentu, mulai dari pengaturan grind size, teknik menuang air, hingga konsistensi waktu seduh.
Kenapa ya, banyak pemula yang memilih V60? Apa yang membuat metode ini begitu menarik, walaupun sebenarnya cukup menantang untuk dikuasai?
Popularitas V60 di Kalangan Pecinta Kopi
V60 bukan sekadar alat seduh; ia adalah ikon. Diciptakan oleh Hario, perusahaan Jepang yang dikenal dengan produk berbasis kaca, V60 pertama kali diluncurkan pada tahun 2004. Desainnya yang sederhana namun fungsional langsung menarik perhatian. Kombinasi alur spiral dan lubang besar di dasar memberikan kemudahan bagi para pecinta manual brewer yang menginginkan kontrol penuh terhadap aliran air.
Di era media sosial, V60 semakin mendapat panggung. Banyak barista profesional dan influencer kopi menggunakannya dalam video tutorial atau foto-foto estetik. Desainnya yang elegan juga membuatnya terlihat keren di meja kopi, menjadikannya favorit untuk diabadikan dalam foto. Alhasil, V60 tak lagi sekadar alat seduh, melainkan juga simbol gaya hidup.
Alasan Pemula Memilih V60
1. Simbol Status dan Estetika
Memang ada sesuatu yang terlihat “keren” dari V60. Menggunakannya seolah memberikan kesan serius terhadap kopi. Desainnya yang minimalis namun profesional sering kali membuat pemula merasa bahwa mereka sedang mengambil langkah besar dalam dunia kopi. Menciptakan kebanggaan tersendiri saat berhasil menyeduh kopi dengan alat ini.
2. Kemudahan Akses
Berbeda dengan alat manual brew lainnya seperti Chemex atau Aeropress, V60 lebih mudah ditemukan di pasaran. Harga yang bervariasi, mulai dari plastik hingga keramik atau kaca, membuatnya terjangkau untuk berbagai kalangan. Selain itu, banyaknya panduan resep dan video tutorial turut memudahkan pemula untuk belajar menggunakan V60.
3. Faktor Psikologis dan Ekspektasi
Meski terlihat “keren”, menggunakannya itu persoalan yang lain. Karena proses pembuatan kopi menggunakan V60 tidak semudah kelihatannya. Tapi tak jarang hal ini justru dianggap sebagai tantangan yang membangun. Pemula sering kali berpikir, “Kalau aku bisa pakai V60, berarti aku benar-benar paham kopi.” Tantangan ini justru menjadi motivasi, meskipun seringkali membutuhkan banyak percobaan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Tantangan Menggunakan V60
Namun, di balik popularitasnya, V60 menyimpan tantangan tersendiri. Salah satunya adalah konsistensi teknik menuang air (pouring). Dalam prosesnya, setiap variabel seperti suhu air, grind size, hingga waktu ekstraksi memiliki peran yang sangat penting dalam proses ekstraksi kopi. Karena itu kebutuhan alat tambahan seperti grinder, timbangan, dan termometer sering kali menjadi investasi tambahan.
Selain itu masih ada tantangan lain yang banyak pemula juga sering kali hadapi seperti over-extraction (rasa terlalu pahit) atau under-extraction (rasa terlalu asam). Karena ketika sudah mengerti grind size, suhu, dan ratio yang tepat untuk menyeduh, mereka masih harus berhadapan dengan ketepatan waktu menuang juga volume air yang dituang secara bertahap. Belum lagi kecepatan dan konsistensi yang harus dijaga saat menuang air. Sungguh proses yang bisa dibilang rumit bukan?
Pelajaran dan Perspektif Alternatif
Meskipun menantang, V60 menawarkan pelajaran berharga. Dengan alat ini, pemula diajak untuk memahami kontrol penuh dalam manual brew, mulai dari grind size hingga teknik pouring. Proses ini membuka wawasan tentang bagaimana setiap variabel mempengaruhi rasa kopi. V60 juga menjadi pintu masuk untuk eksplorasi lebih lanjut. Setelah memahami teknik dasar, banyak yang mulai mencoba alat lain seperti Chemex atau Kalita Wave, memperluas pemahaman tentang karakter kopi.
Meski begitu bukan berarti V60 menjadi pilihan utama jika kita mau belajar manual brew. Semua kembali kepada kebutuhan dan pendekatan masing-masing individu yang tentu saja berbeda-beda. Dan bukan berarti alat lain juga tidak lebih baik untuk dipelajari dibandingkan V60. French Press, misalnya, lebih sederhana dan murah, serta memberikan hasil yang konsisten. Aeropress juga menjadi alternatif yang menarik dengan fleksibilitas dan kemudahan penggunaannya. Semua alat mempunyai keunikannya sendiri dan selalu menyimpan sisi ruang yang menunggu untuk kita ulik.
Penutup
Pada akhirnya, memilih alat manual brew bukan hanya soal kemudahan, tetapi juga tentang pengalaman. V60 menawarkan tantangan sekaligus keindahan dalam proses. Ia mengajarkan kesabaran, perhatian terhadap detail, dan penghargaan terhadap proses, nilai-nilai yang seringkali menjadi inti dari perjalanan seorang penikmat kopi. Bagi banyak pemula, alat ini bukan sekadar alat seduh, melainkan awal dari perjalanan eksplorasi kopi yang lebih mendalam.
Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga memulai perjalanan manual brew dengan V60? Atau mungkin kamu punya cerita menarik dengan alat lain? Yuk, bagikan pengalamanmu di kolom komentar.

Karakter sederhana yang menyukai kompleksitas. Punya ketertarikan yang sedikit tidak wajar dengan hal yang berbau kontradiksi. Juga salah satu saksi dibalik lahirnya Ngulik Enak.
Leave a Reply