Jangan Ada Perang!

seorang prajurit yang beristirahat di parit

Pernahkah Anda bertanya-tanya, apa yang dirasakan seseorang yang harus meninggalkan rumah untuk terjun ke medan perang berskala global? Membawa senjata di tangan, bom meledak di sekeliling, dan bahaya yang mengintai di setiap langkah—itulah kenyataan yang dihadapi para prajurit Perang Dunia II. Seberapa besar peluang Anda untuk selamat?

Tentu saja, jawaban atas pertanyaan ini tidak sederhana. Banyak faktor yang menentukan apakah seorang prajurit akan kembali hidup-hidup, seperti cabang militer yang mereka ikuti, lokasi perang, dan bahkan nasib baik (atau buruk). Mari kita bahas lebih dalam.

Statistik yang Tidak Berbohong

Menurut Departemen Kepengurusan Veteran AS, sekitar 16 juta orang Amerika bertugas dalam Perang Dunia II, dan sekitar 405.399 di antaranya tewas. Angka ini menunjukkan bahwa sekitar 2,5 persen dari total prajurit AS kehilangan nyawa mereka. Namun, tingkat kematian bervariasi tergantung pada cabang militer yang diikuti:

  • Angkatan Darat memiliki tingkat kematian tertinggi sebesar 23 persen.
  • Korps Marinir menyusul dengan 19,8 persen.
  • Angkatan Laut: 8,6 persen.
  • Pasukan Patroli Pantai: 6,5 persen.
  • Angkatan Udara (yang saat itu masih bagian dari Angkatan Darat): 4,4 persen.

Tingkat kematian yang tinggi di Angkatan Darat dan Marinir menunjukkan betapa beratnya pertempuran darat, sedangkan pasukan di laut atau udara memiliki peluang sedikit lebih baik untuk selamat.

Lokasi Perang: Eropa vs. Pasifik

Di mana Anda ditempatkan juga sangat memengaruhi peluang bertahan hidup. Perang di Eropa cenderung lebih cepat selesai dibandingkan dengan perang di kawasan Pasifik.

Jepang dikenal karena taktik perang yang fanatik, seperti serangan kamikaze, yang membuat medan perang di Pasifik jauh lebih mematikan. Dalam perang melawan Jepang, tidak ada istilah menyerah dengan mudah.

Namun, dari segi angka, kematian di Eropa lebih tinggi dibandingkan di Pasifik:

  • Sekitar 291.557 tentara AS tewas di Eropa atau Afrika Utara.
  • Sementara itu, 113.842 tewas di Pasifik atau Asia.

Artinya, 72 persen korban jiwa AS terjadi di front Eropa atau Afrika Utara, sedangkan 28 persen di kawasan Pasifik atau Asia. Tapi angka ini tidak bisa langsung menggambarkan tingkat bahaya; faktor lainnya seperti jenis pertempuran dan lamanya perang juga berperan.

Stalingrad: Neraka di Bumi

Jika Anda bertempur di Stalingrad (sekarang Volgograd, Rusia), peluang Anda untuk bertahan hidup sangat kecil. Stalingrad adalah salah satu pertempuran paling mematikan dalam sejarah, di mana sekitar 2 juta orang tewas di kedua belah pihak.

Rata-rata umur prajurit Jerman di Stalingrad hanya 24 jam. Bahkan jika mereka selamat dari medan perang, mereka masih harus menghadapi kondisi brutal sebagai tawanan perang. Hanya sekitar 5 persen prajurit yang bertahan. Hidup lebih mirip lempar koin dengan sisi yang berat ke arah kematian.

Lebih dari Peluru dan Bom

Perang bukan cuma soal menghindari peluru atau bom. Penyakit seperti malaria, tifus, dan disentri juga menjadi musuh utama prajurit. Bahkan kondisi cuaca ekstrem seperti radang dingin atau gangrene bisa menjadi ancaman mematikan.

Jika Anda berhasil selamat dari peluru musuh, Anda tetap harus berhadapan dengan medan perang yang tidak ramah. Inilah yang membuat perang menjadi pengalaman yang benar-benar melelahkan, baik secara fisik maupun mental.

Perang Adalah Neraka

Peluang selamat prajurit yang terjun dalam Perang Dunia II sangat bergantung pada banyak faktor, dari cabang militer yang diikuti hingga lokasi pertempuran. Tapi satu hal yang pasti: perang adalah neraka.

Jadi, lain kali jika Anda bertemu dengan seorang veteran Perang Dunia II (jika masih ada yang tersisa), pastikan Anda berterima kasih kepada mereka. Karena di balik kemenangan atau kekalahan suatu negara, mereka adalah orang-orang yang mempertaruhkan segalanya di medan perang.

Penulis

Tagar terkait :


Popular Posts