Hindia Belanda tahun 1846. Cuaca tropis yang panas, minuman dingin hanya impian, dan tiba-tiba ada kapal dari Boston, Amerika Serikat, membawa sesuatu yang… dingin. Es batu! Tapi tunggu, ini bukan sembarang es batu. Ini adalah balok besar es kristal yang, ajaibnya, masih beku setelah berlayar ribuan kilometer.
Pada tanggal 17 November 1846, es batu ini mendarat di Batavia (sekarang Jakarta). Kedatangannya menjadi berita besar yang dicatat dalam Javasche Courant keesokan harinya. Es batu ini, yang diimpor oleh Roselie en Co, dikemas dengan kain wol agar tidak mencair sepanjang perjalanan.
Es Batu: Barang Mewah untuk Bangsawan
Saat itu, es batu dianggap sebagai barang mewah. Hanya orang-orang kaya, terutama petinggi Belanda, yang bisa menikmatinya. Harga 500 gram es mencapai 10 gulden, setara dengan ratusan ribu rupiah saat ini.
Namun, karena mahalnya harga es impor, kebutuhan untuk produksi lokal semakin terasa. Pada tahun 1870, pabrik es pertama di Indonesia didirikan di Semarang oleh seorang pengusaha Tionghoa bernama Kwa Wan Hong, yang dikenal sebagai “Raja Es.” Keberadaan pabrik ini membuat es lebih terjangkau, meskipun tetap dianggap barang prestisius.
Kulkas Zaman Dulu: Pendingin Tanpa Listrik
Kita sudah bicara soal es batu, sekarang mari bahas kulkas. Tentu saja, pada abad ke-19, kulkas seperti yang kita kenal hari ini belum ada. Tapi, teknologi pendingin sederhana sudah mulai masuk ke Hindia Belanda. Kulkas zaman itu lebih mirip ice box, lemari kayu dengan kompartemen untuk menyimpan balok es.
Bagaimana cara kerjanya? Balok es diletakkan di kompartemen atas, dan cairan dari es yang mencair dialirkan melalui saluran khusus. Lemari ini digunakan untuk menyimpan minuman, susu, atau bahan makanan lain agar tetap segar. Biasanya, orang yang memiliki ice box ini berlangganan es balok, yang diantar setiap beberapa hari sesuai ukuran kompartemen.
Es dan Budaya Dingin: Antara Mewah dan Modern
Hadirnya es batu dan ice box menjadi simbol modernisasi di Hindia Belanda. Minuman dingin mulai menjadi tren di kalangan bangsawan dan kaum elit. Pada abad ke-20, dengan semakin murahnya teknologi pendingin, kulkas modern mulai diperkenalkan, menggantikan ice box tradisional.
Namun, es batu tetap punya cerita panjang. Di era modern, es batu menjadi bagian penting dari minuman dan kuliner sehari-hari di Indonesia. Dari barang mewah, ia kini tersedia di mana saja, dari depot es hingga freezer rumah tangga.
Leave a Reply