Bayangkan ini: Kamu baru gajian, saldo rekening Rp10 juta. Besoknya, kamu cek ATM, eh, jadi nol. Panik, kamu ke bank, lalu teller bilang:
“Ya, menurut kami sih, uang kamu memang nggak ada. Kebenaran itu relatif, kan?”
Rasanya pengen banting kartu ATM ke mesin, kan? 🫠
Atau lebih parah lagi, kamu ke dokter karena sakit maag, tapi si dokter bilang:
“Menurut saya ini serangan jantung, tapi tenang aja, kebenaran itu kan relatif.”
Selamat tinggal dunia. 🚀
Lucunya, banyak orang teriak “Kebenaran itu relatif!” waktu diskusi filsafat, tapi begitu ketilang polisi karena ngebut, mereka langsung berubah pikiran:
“Pak, saya cuma jalan 40 km/jam!”
“Tapi menurut saya kamu jalan 80 km/jam. Kebenaran itu relatif, kan?”
Jadi, beneran nih kita bisa hidup pakai standar kayak gitu? Yuk, kita bahas bareng!
Kita Punya Perspektif, Tapi Kebenaran Tetap Ada
Betul, setiap orang bisa punya pandangan yang beda-beda. Tapi cuma karena kamu percaya sesuatu, bukan berarti itu jadi kenyataan.
Contoh simpel:
- Dulu orang percaya bumi itu datar. Tapi percaya nggak bikin bumi jadi gepeng kayak martabak.
- Ada yang percaya hujan turun karena dewa nangis. Tapi meteorologi bilang itu karena kondensasi uap air.
- Kamu bisa percaya saldo rekening Rp100 juta, tapi kalau bank bilang kosong, ya siap-siap aja makan mi instan seminggu.
Kebenaran itu kayak gravitasi. Kamu boleh nggak percaya sama gravitasi, tapi kalau lompat dari lantai 10, kamu tetap jatuh ke bawah, bukan melayang ke atas. 🚀
Jadi, Kebenaran Itu Mutlak?
Yap. Kalau sesuatu itu benar, ya benar untuk semua orang, di mana pun, kapan pun.
- 2 + 2 tetap 4, walaupun ada yang ngerasa “kayaknya 5 deh.”
- Matahari terbit dari timur, walaupun kamu lebih suka dari barat.
- Kalau bensin habis, mobil nggak bakal jalan, walaupun kamu percaya mobil punya “energi kosmik tanpa batas.”
Tentu, ada hal-hal yang memang tergantung preferensi (misalnya, makanan pedas enak atau nggak). Tapi itu opini, bukan kebenaran objektif.
Masalahnya, banyak orang nyampur aduk opini dan fakta. Dan ini bikin konsep kebenaran jadi kacau.
Kenapa Banyak Orang Ngotot Kebenaran Itu Relatif?
Jawaban singkatnya? Biar hidup lebih gampang.
Kalau kebenaran itu mutlak, artinya ada yang benar dan ada yang salah. Artinya ada standar, dan standar bikin kita harus bertanggung jawab. Tapi kalau semuanya relatif, kita bisa hidup seenaknya dan ngehindar dari konsekuensi.
Misalnya:
- Kalau orang bilang mencuri itu salah, tapi kamu jawab: “Ah, itu kan menurut kamu, kebenaran itu relatif.” Ya, siap-siap aja berurusan sama polisi. 🚔
- Kalau ada yang mukul kamu dan bilang: “Menurut saya ini bukan kekerasan, kok.” Apa kamu terima aja? Enggak, kan?
Jadi, klaim “kebenaran itu relatif” biasanya dipakai buat kabur dari kenyataan. Tapi lucunya, orang yang ngomong gitu biasanya berubah pikiran begitu ada hal serius yang merugikan mereka.
Kesimpulan: Kebenaran Itu Nggak Bisa Dinego
Kebenaran itu ada, suka atau nggak.
Kalau kita terus hidup dengan prinsip bahwa semua relatif, dunia bakal jadi kacau. Gimana mau bikin kemajuan kalau setiap orang cuma percaya sama versinya sendiri? Ilmu pengetahuan, hukum, bahkan hubungan manusia, semua itu butuh fondasi kebenaran yang bisa kita sepakati bareng.
Jadi, kalau ada yang bilang, “Kebenaran itu relatif,” kamu boleh jawab gini:
“Kalau kamu yakin gitu, coba deh percaya kalau gravitasi itu mitos dan lompat dari genteng.” 🏚️
Karena pada akhirnya, yang menang itu bukan perasaanmu, tapi realitasnya.
✨ Kebenaran itu nggak peduli sama apa yang kamu rasain. Dia tetap ada, diam, dan nunggu kamu buat sadar. ✨

Bekerja untuk Keabadian Orbiz, anaknya Ngulik Enak, Cucunya Kopitasi, dan semua keturunannya kelak.
Leave a Reply