Ini pertanyaan klasik yang sering bikin orang galau: “Manusia itu bodoh, Tuhan itu sempurna, mana mungkin kita bisa paham Dia?”
Jawaban pendeknya: Nggak sepenuhnya, tapi bukan berarti nggak bisa paham sama sekali.
Kita = Ikan Mas dalam Akuarium Kosmik
Bayangkan ikan mas coba memahami mekanika kuantum.
Konyol? Iya.
Mustahil? Mungkin.
Tapi coba pikir lagi. Ikan mas itu mungkin nggak bisa ngejelasin teori relativitas Einstein, tapi dia sadar kalau makanan selalu muncul di permukaan air setiap pagi. Mungkin dalam pikirannya yang kecil, dia mikir:
“Hmm, ada sesuatu yang lebih besar dari aku yang selalu ngasih makan.”
Begitu juga dengan manusia dan Tuhan. Kita mungkin nggak bisa mengerti sepenuhnya, tapi kita bisa melihat pola, tanda-tanda, atau jejak yang mengarah ke keberadaan-Nya.
Apakah Keterbatasan Berarti Nol Pemahaman?
Otak manusia itu kayak flashdisk 8GB, sementara Tuhan itu kayak seluruh internet.
Jelas nggak bakal cukup buat nampung semuanya. Tapi bukan berarti kita sama sekali nggak bisa paham apa pun.
Contoh simpel:
- Kamu nggak perlu jadi Mozart buat bisa merasakan keindahan musik.
- Kamu nggak perlu jadi fisikawan buat tahu kalau matahari itu panas.
Banyak hal dalam hidup yang jauh lebih besar dari kita, tapi tetap bisa kita pahami sebagian. Jadi, nggak ada alasan buat bilang “Udahlah, kita nggak bakal ngerti, mending nyerah aja.”
Kalau Tuhan Mau Dipahami, Pasti Bisa!
Sekarang balik ke pertanyaan inti:
“Kalau Tuhan itu sempurna, bukankah Dia juga sempurna dalam menjelaskan diri-Nya ke makhluk yang nggak sempurna?”
Seorang pengajar yang baik bisa ngajarin kalkulus ke anak 10 tahun.
Seorang penulis hebat bisa bikin novel kompleks jadi mudah dimengerti.
Kalau begitu, Tuhan yang Mahatahu pasti bisa menjelaskan sesuatu dengan cara yang bisa kita cerna.
Dan kalau kita lihat sejarah, miliaran orang dari berbagai latar belakang merasa punya pemahaman tentang Tuhan—baik lewat agama, filsafat, maupun pengalaman pribadi. Itu berarti Tuhan mungkin sudah ngasih cukup petunjuk buat kita, supaya nggak error total, tapi tetap bisa menangkap esensinya.
Jadi, Apa Kesimpulannya?
- Akal manusia bukan cacat, cuma terbatas.
- Kita nggak perlu paham semuanya untuk bisa paham sebagian.
- Kalau Tuhan itu sempurna, pasti Dia bisa menyampaikan sesuatu dengan cara yang bisa kita pahami.
- Mungkin pertanyaannya bukan “Seberapa banyak yang bisa kita pahami?”, tapi “Seberapa banyak yang ingin Tuhan ungkapkan?”
Pada akhirnya, kita ini kayak ikan mas di akuarium kosmik. Kita mungkin nggak bisa paham keseluruhan realitas, tapi kita bisa sadar kalau ada sesuatu yang lebih besar dari kita yang terus mengatur segalanya.
Dan selama kita bisa sadar hal itu, kita udah selangkah lebih maju dalam memahami-Nya.

Bekerja untuk Keabadian Orbiz, anaknya Ngulik Enak, Cucunya Kopitasi, dan semua keturunannya kelak.
Leave a Reply