Kalau kamu pikir kecurangan ujian cuma terjadi di zaman sekarang, berarti kamu belum dengar soal ujian pegawai negeri zaman Kekaisaran Tiongkok. Bayangin, ribuan tahun lalu, saat dunia belum kenal Google dan kalkulator, orang-orang udah mikir keras gimana cara nyontek tanpa ketahuan. Dan jangan bayangkan contekan kertas kecil yang diselipin di lengan baju—ini lebih canggih dari itu!
Sistem Ujian Pegawai Negeri: Antara Harapan dan Tekanan
Sistem ujian pegawai negeri atau Keju ini adalah satu-satunya tiket menuju kehidupan yang lebih baik di Tiongkok kuno. Dimulai sejak Dinasti Sui dan makin berkembang pada Dinasti Song (960–1279 M), ujian ini jadi penentu siapa yang berhak jadi pejabat di pemerintahan.
Masalahnya? Ini bukan ujian sembarangan. Pesertanya harus hafal ribuan karakter teks Konfusianisme, bikin esai dengan format ketat, dan menyelesaikan berbagai ujian tertulis yang berlangsung berhari-hari. Ruangan ujian disegel, peserta harus membawa sendiri makanan dan perlengkapan tidur, dan nggak boleh keluar sebelum ujian selesai.
Kalau gagal? Yah, selamat kembali ke ladang atau berdagang.
Karena persaingan ketat dan taruhannya begitu besar, beberapa orang memilih jalur alternatif: curang.
Metode Kecurangan yang Bikin Geleng-Geleng Kepala
1. Baju Contekan: Seni Menjahit Jawaban
Zaman sekarang, kita pakai contekan kertas kecil atau catatan di telapak tangan. Tapi di Tiongkok kuno? Mereka menjahit jawaban ke pakaian!
Serius, ini bukan sekadar coretan kecil. Para peserta ujian menulis ribuan karakter dalam ukuran super kecil di kain putih yang kemudian dijahit ke dalam pakaian dalam atau jaket. Teknik ini sangat presisi—tulisannya bisa sekecil semut, tapi tetap terbaca kalau diperhatikan dengan teliti.
Ada satu kasus terkenal di mana seorang peserta ujian berhasil membawa teks lengkap Konfusianisme dalam pakaian dalamnya. Nggak kebayang gimana dia bisa menulis sekecil itu!
Tapi jangan kira gampang. Pemeriksaan sebelum masuk ujian itu super ketat. Mereka harus melalui penggeledahan yang bisa sampai ke tingkat “lepas baju”. Kalau ketahuan? Bisa langsung di-banned seumur hidup atau lebih parah lagi, dieksekusi.
2. Jaringan Keluarga dan Nepotisme
Kalau zaman sekarang ada istilah “orang dalam”, dulu juga sama. Ada kasus di mana pejabat yang bertugas menilai ujian diam-diam memberi nilai lebih tinggi ke anaknya sendiri. Bahkan ada kejadian di mana anggota keluarga bangsawan bisa mendapatkan bocoran soal ujian sebelum ujian dimulai.
Dinasti Qing pernah dibuat geger saat terbongkar bahwa seorang pejabat menjual soal ujian ke para peserta kaya. Harganya? Mahal banget! Hanya mereka yang punya koneksi dan uang yang bisa membelinya.
Bagi yang nggak punya uang, mereka harus pakai cara lain—misalnya, pindah lokasi ujian ke daerah dengan kuota yang lebih longgar. Beberapa peserta memilih mengikuti ujian di daerah terpencil yang tingkat persaingannya lebih rendah.
3. “Ganti Pemain” alias Joki Ujian
Yap, bahkan di zaman Tiongkok kuno sudah ada joki ujian. Beberapa peserta yang kaya bisa membayar sarjana Konfusianisme untuk masuk ujian menggantikan mereka. Caranya? Dokumen diubah, tulisan tangan dipalsukan, dan identitas disamarkan.
Tentu saja, kalau ketahuan, hukumannya berat. Tapi tetap saja, ada banyak orang yang berani mengambil risiko.
Bagaimana Pemerintah Mencegah Kecurangan?
Pihak penyelenggara ujian nggak tinggal diam. Mereka mulai menerapkan berbagai cara untuk mencegah kecurangan, seperti:
- Menyalin ulang jawaban peserta. Begitu ujian selesai, semua jawaban akan disalin ulang oleh juru tulis lain supaya tulisan tangan peserta nggak bisa dikenali.
- Pemeriksaan badan yang ketat. Semua peserta diperiksa dari ujung kepala sampai ujung kaki sebelum masuk ruang ujian.
- Identitas peserta dibuat anonim. Nama peserta dihapus dari kertas ujian sebelum dikoreksi, supaya nggak ada yang bisa main “orang dalam”.
Tapi ya… seperti yang kita tahu, manusia selalu kreatif dalam mencari celah.
Kesimpulan: Manusia Memang Suka Jalan Pintas
Kecurangan dalam ujian bukan hal baru. Dari Tiongkok kuno hingga zaman sekarang, selama ada sistem ujian dengan hadiah besar di ujungnya, selalu ada yang mencoba cara curang. Bedanya, dulu orang menjahit contekan di baju, sekarang orang pakai earpiece bluetooth atau AI buat bantu jawab soal.
Jadi, apakah ujian pegawai negeri di Tiongkok kuno pernah bebas dari kecurangan? Nggak pernah! Tapi itu bukan berarti sistemnya gagal. Justru karena ketatnya ujian ini, lahirlah banyak sarjana berbakat yang membentuk sejarah Tiongkok selama berabad-abad.
Jadi lain kali kalau kamu merasa ujian zaman sekarang berat, coba ingat: dulu, orang bisa mati dalam ruang ujian karena kelelahan. Setidaknya sekarang kita masih bisa istirahat di rumah setelah ujian selesai.

Bekerja untuk Keabadian Orbiz, anaknya Ngulik Enak, Cucunya Kopitasi, dan semua keturunannya kelak.
Leave a Reply