Parallel Universe

parallel universe

Kamu percaya nggak sih kalau ada semesta lain di mana versi lain dari kamu lagi ngelakuin hal berbeda? Sementara kamu di sini baca artikel ini, mungkin di universe lain kamu jadi aktor Hollywood, atlet Olimpiade, atau malah tukang parkir yang udah naik jabatan.

Keren? Mungkin. Masuk akal? Ehh… kita bahas dulu.

Bukti Empiris? Nihil.

Parallel universe ini konsep yang asyik buat film sci-fi, tapi kalau kita ngomongin sains, bukti nyatanya? Nol. Kosong. Nada. Kagak ada.

Coba sebutin satu fenomena fisik yang secara langsung membuktikan ada semesta lain. Nggak bisa, kan? Karena sampai sekarang, parallel universe itu masih ada di ranah teori. Dan dalam dunia sains, teori tanpa bukti eksperimen itu… ya cuma spekulasi keren aja.

“Tapi Teori Fisika Modern Mendukungnya!”

Ya, teori. Sama kayak teori “kalau aku tidur lebih awal, besok pasti bangun segar.” Nyatanya? Bangun tetap lelah. Dalam ilmu pengetahuan, teori itu harus bisa diuji. Kalau nggak bisa diuji, ya dia nggak lebih dari spekulasi berkedok matematika.

Banyak orang mengutip Interpretasi Many-Worlds dalam mekanika kuantum, yang bilang bahwa setiap keputusan menghasilkan cabang semesta baru. Sounds cool, kan? Tapi masalahnya, teori ini tidak bisa diuji.

Ilmu pengetahuan itu butuh eksperimen. Kalau kita nggak bisa observasi atau mengukur keberadaan dunia paralel, lantas apa bedanya dengan dongeng?

Occam’s Razor: Prinsip yang Sering Diremehkan

Ada satu prinsip keren di dunia filsafat dan sains, namanya Occam’s Razor. Sederhananya, kalau ada dua penjelasan untuk satu fenomena, yang lebih simpel biasanya yang benar.

Nah, semua hal yang kita lihat di alam semesta ini sudah bisa dijelaskan tanpa harus membayangkan ada infinite jumlah semesta lain. Jadi ngapain kita bikin teori yang malah bikin pusing sendiri?

Kalau semua kejadian bisa dijelaskan tanpa parallel universe, kenapa kita harus repot-repot percaya sama sesuatu yang bahkan nggak bisa dibuktikan?

Sains vs. Imajinasi

Ilmuwan punya kebiasaan keren: mereka bikin model matematis yang cantik, lalu mereka percaya model itu benar. Masalahnya, model matematika bukan realitas.

Dulu, ada persamaan matematika yang bisa menjelaskan eter—zat imajiner yang katanya mengisi seluruh ruang di alam semesta. Hasilnya? Bohong besar. Tidak pernah ada yang menemukan eter.

Jadi, hanya karena persamaan fisika mendukung sesuatu, bukan berarti itu nyata. Parallel universe mungkin masuk akal di atas kertas, tapi tanpa bukti fisik, itu cuma konsep keren buat komik Marvel.

Kesimpulan

Jadi, apakah parallel universe itu nyata?

Jawabanku: Tidak.

Konsep ini menarik, matematikanya keren, tapi tidak ada bukti eksperimen yang mendukungnya. Disebut sesuatu sebagai “sains”, kita butuh bukti. Kalau kita cuma punya spekulasi, itu lebih cocok disebut filsafat atau fiksi ilmiah.

Kalau kamu ingin percaya ada versi dirimu yang jadi presiden di semesta lain, ya silakan aja. Tapi jangan bilang itu sains. Karena pada akhirnya, kita cuma punya satu semesta yang bisa dibuktikan keberadaannya—dan itu semesta di mana kamu harus bayar tagihan internet tiap bulan.

Tagar terkait :


Popular Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *