Ketika bicara soal teknologi, biasanya kita langsung mikir: “Wah, makin canggih dong!” Tapi tunggu dulu, nggak semuanya keren dalam segala aspek. Ada teknologi yang membantu melestarikan lingkungan, ada juga yang malah bikin planet kita makin rusak.
Sederhananya, ada dua jalur besar dalam perkembangan teknologi:
- Ramah lingkungan – Ini jenis yang keren, futuristik, dan hijau. Tapi biasanya… mahal.
- Merusak lingkungan – Ini jenis yang efisien, murah, dan gampang dipakai. Tapi sayangnya, bikin polusi.
Contoh Nyata: Kemajuan vs. Kerusakan
Mari kita lihat contoh: mesin diesel.
Dulu, mesin diesel dianggap revolusioner—irit, kuat, dan murah. Truk, kapal, dan kendaraan niaga banyak yang pakai. Tapi ada efek sampingnya: polusi. Kota-kota yang penuh kendaraan diesel sering punya kualitas udara yang buruk.
Lalu muncul inovasi baru: mesin turbodiesel Euro 5. Mesin ini lebih ramah lingkungan karena emisinya lebih rendah. Tapi ada plot twist: bahan bakarnya lebih mahal, dan kadang malah lebih boros dari mesin bensin. Jadi, meskipun ramah lingkungan, belum tentu semua orang bisa pakai karena biayanya lebih tinggi.
Contoh lain? Fast fashion.
Ponsel, laptop, dan gadget baru keluar tiap 2–3 tahun sekali. Perkembangannya luar biasa pesat, harga makin murah, tapi… sampah elektronik juga makin menumpuk. Perusahaan berlomba-lomba bikin produk yang lebih cepat usang, biar kamu terus beli yang baru. Akibatnya? Limbah elektronik jadi masalah besar yang belum terselesaikan.
Di sisi lain, ada upaya untuk menciptakan produk ramah lingkungan—misalnya laptop dengan material daur ulang atau barang elektronik yang lebih tahan lama. Tapi ya itu tadi, harganya mahal!
Negara Maju vs. Negara Berkembang: Siapa yang Lebih Peduli?
Kalau kamu tinggal di negara maju, teknologi yang dipakai hampir selalu lebih ramah lingkungan. Regulasi ketat, kesadaran masyarakat tinggi, dan inovasi berfokus pada efisiensi energi.
Tapi kalau kamu tinggal di negara berkembang, ceritanya beda. Teknologi yang dipakai lebih menitikberatkan pada efisiensi ekonomi dulu—alias yang penting bisa dipakai dan menghasilkan uang. Isu lingkungan? Nanti aja dipikirin kalau udah jadi negara maju.
Ambil contoh energi listrik:
- Negara maju mulai beralih ke energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
- Negara berkembang masih bergantung pada batu bara karena lebih murah dan mudah didapat.
Dari sini kelihatan, bukan? Teknologi bisa jadi solusi atau malah jadi masalah, tergantung bagaimana kita menggunakannya.
Kesimpulan
Teknologi itu ibarat pedang bermata dua. Bisa membawa kemajuan, tapi juga bisa mempercepat kerusakan lingkungan. Masalahnya, teknologi yang ramah lingkungan sering kali mahal, sementara teknologi murah justru berdampak buruk.
Lalu, apa solusinya?
- Kesadaran dan regulasi – Kalau nggak bisa langsung beralih ke teknologi hijau, setidaknya ada aturan yang membatasi dampak buruknya.
- Riset dan inovasi – Perusahaan perlu mencari cara agar teknologi ramah lingkungan bisa lebih terjangkau.
- Perubahan pola pikir – Sebagai pengguna, kita juga bisa memilih teknologi yang lebih bertanggung jawab.
Jadi, di masa depan, kita mau jadi pengguna teknologi yang cerdas atau hanya ikut arus tanpa peduli dampaknya? Keputusan ada di tangan kita.

Bekerja untuk Keabadian Orbiz, anaknya Ngulik Enak, Cucunya Kopitasi, dan semua keturunannya kelak.
Leave a Reply