Eksistensialisme itu kayak filosofi yang bilang, “Hidup ini nggak ada petunjuk manual, jadi silakan tentukan sendiri artinya.” Sejak pertama kali mengenalnya, teori ini langsung ngebut di kepala saya dan mengubah cara saya melihat hidup.
Kenapa? Karena Eksistensialisme itu brutal jujur. Dia bilang bahwa kita ini dilempar ke dunia tanpa alasan, tanpa tujuan bawaan, tanpa instruksi resmi. Kita sendirilah yang harus menentukan siapa kita dan mau jadi apa.
Buat yang suka kepastian, konsep ini bisa terasa menakutkan. Tapi buat saya, ini justru membebaskan.
Eksistensi Dulu, Baru Esensi
Jean-Paul Sartre, bapaknya Eksistensialisme modern, punya kalimat yang terkenal: “Eksistensi mendahului esensi.” Artinya, kita lahir dulu, baru menentukan sendiri siapa kita. Kita bukan robot yang udah diprogram dari pabrik buat jadi sesuatu. Kita punya kebebasan mutlak buat bikin diri kita sendiri.
Tapi… kebebasan ini juga datang dengan konsekuensi. Setiap keputusan yang kita ambil, sekecil apa pun, membentuk siapa kita. Kita nggak bisa lari dari tanggung jawab ini.
Misalnya, kalau saya tiap hari mager, nggak mau ngapa-ngapain, ya itu tetap pilihan. Dan pilihan itu mendefinisikan diri saya sebagai “si pemalas.” Jadi, kalau saya ingin jadi sesuatu yang berbeda, saya harus membuat keputusan yang berbeda.
Absurdnya Kehidupan
Albert Camus, teman satu gengnya Sartre, punya metafora keren tentang kehidupan dalam Mitos Sisifus. Dia bilang, hidup kita ini mirip Sisifus, raja dalam mitologi Yunani yang dikutuk buat mendorong batu ke atas gunung… hanya untuk melihatnya jatuh lagi, berulang-ulang.
Bayangkan kerjaan seumur hidupmu cuma dorong batu yang nggak akan pernah sampai tujuan. Melelahkan, nggak ada ujungnya, dan kelihatannya sia-sia.
Tapi Camus justru bilang kita harus membayangkan Sisifus bahagia.
Kenapa? Karena yang penting bukan hasil akhirnya, tapi perjalanan itu sendiri. Kita bisa menemukan makna di dalam perjuangan, bukan di garis finis yang mungkin nggak pernah ada.
Pernah ngerasa hidup nggak ada artinya? Ngerasa stuck? Selamat, kamu udah ngalamin absurditas yang dimaksud Camus. Tapi, daripada pusing mikirin “kenapa sih kita ada?”, lebih baik terima absurditas itu dan tetap jalani hidup dengan penuh kesadaran.
Takut? Itu Artinya Kamu Benar-benar Bebas
Eksistensialisme juga bicara soal kecemasan eksistensial. Kenapa banyak orang merasa takut atau bingung dengan hidupnya?
Karena kita sadar kalau kita bebas sepenuhnya.
Sartre bilang, kebebasan itu bukan hadiah, tapi kutukan. “Manusia dikutuk untuk bebas.” Artinya, nggak ada takdir atau alur cerita yang sudah ditetapkan buat kita. Semua keputusan ada di tangan kita sendiri.
Masalahnya, banyak orang takut mengambil keputusan. Takut salah, takut gagal, takut keluar dari zona nyaman. Akhirnya, mereka memilih jalan yang sudah “disiapkan” oleh orang lain—entah itu aturan sosial, ekspektasi keluarga, atau nilai-nilai lama yang nggak mereka pertanyakan.
Tapi kalau kita benar-benar ingin hidup dengan autentik, kita harus berani mengambil keputusan sendiri.
Jadi, Apa yang Bisa Kita Ambil dari Eksistensialisme?
Eksistensialisme ngajarin saya beberapa hal penting:
✅ Nggak ada yang bisa menentukan hidup saya kecuali saya sendiri.
✅ Setiap keputusan yang saya ambil membentuk siapa saya.
✅ Hidup mungkin absurd dan nggak punya makna bawaan, tapi saya bisa menciptakan makna sendiri.
✅ Ketakutan itu tanda bahwa saya sadar akan kebebasan saya.
Eksistensialisme bukan filosofi yang nyaman. Dia nggak ngasih kita ilusi tentang hidup yang indah dan terencana. Tapi justru di situlah kekuatannya. Dia memberikan kita kendali penuh atas hidup kita sendiri.
Mungkin kita semua seperti Sisifus, terus-menerus mendorong batu ke atas gunung. Tapi kalau kita bisa menemukan makna dalam perjuangan itu sendiri, maka hidup ini akan tetap layak dijalani.
Jadi, mau jadi apa kamu? Sartre, Camus, dan para eksistensialis nggak akan ngasih jawaban buat itu. Karena jawabannya harus datang dari kamu sendiri.
Kesimpulan?
Kalau hidup ini nggak punya makna, ya ciptakan sendiri. 😉

Bekerja untuk Keabadian Orbiz, anaknya Ngulik Enak, Cucunya Kopitasi, dan semua keturunannya kelak.
Leave a Reply